Sabtu, 03 Oktober 2009

Adhi Kunthink Belajar Cinta pada Plato

Sorenya memang
tanpa sengaja saya membaca artikel tentang cinta dan kehidupan. Dalam artikel
itu diceritakan bahwa suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta?
Bagaimana Saya menemukannya?” Gurunya menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan
sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu

artinya kamu telah menemukan cinta” .
saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan
,



Plato pun
berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa
membawa apapun. Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak

membawa satupun ranting?” Plato menjawab, “Aku hanya boleh membawa satu
saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya aku
telah menemukan yang

paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di
depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan

lebih jauh lagi, bar
u

kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting

yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya”


Gurunya kemudian menjawab ” Jadi ya itulah cinta”

Mungkin karena membaca artikel itu kemudian malam harinya Saya memimpikannya. Mimpi Saya lengkap juga dengan settingnya yang mendukung efek bunga-bunga tidur itu. Saya seperti pemuda yang kalau tidak salah dari zaman Romawi kuno dengan jubah putih dan bermahkota daun-daun yang terangkai indah, meski daunnya sedikit kelihatan kering, mungkin karena jarang Saya siram. Entahlah, namanya juga mimpi. Kemudian saya seperti menemui guru Saya yang kemudian selalu Saya panggil dengan nama Plato. Saya sendiri kurang yakin kalau itu wajah Plato dahulu, Saya rasa lebih mirip Mischa Chandrawinata.

Seperti dalam artikel yang Saya baca, pertanyaan “Apa itu cinta? Bagaimana Saya menemukannya?” juga Saya tanyakan pada guru Saya. Ia pun menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu
menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah
menemukan cinta” .

Saya pun berjalan, dan tidak seberapa lama, Saya kembali dengan satu ranting paling bagus di tangan.

Guru Saya bertanya, “Mengapa kamu bisa pulang membawa satu ranting yang bagus sekali? Dalam cerita harusnya tidak begitu” Saya menjawab, “Tadi guru meminta Saya hanya boleh membawa satu saja,dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)”. Sebenarnya Saya telah menemukan ranting yang bagus sekali di awal-awal perjalanan, tapi Saya tidak tahu apakah akan ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi Saya ambil saja ranting tersebut. Saat Saya melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, ternyata Saya memang menemukan sebuah ranting baru yang juga menakjubkan, namun setelah saya bandingkan dengan ranting yang Saya bawa, ternyata ranting di tangan Saya masih lebih menakjubkan karena bentuknya lebih sesuai dengan kontur tangan Saya. Begitulah berulang-ulang yang terjadi ketika dalam perjalanan di ladang gandum itu Saya menemui ranting lain yang juga menakjubkan. Saya bandingkan dan Saya ambil yang paling menakjubkan. Pertimbangan Saya, daripada nanti Saya menyesal, jadi lebih baik Saya bawa saja satu ranting yang paling menakjubkan.

Guru Saya kemudian menjawab ”Jadi ya itulah...”

“Klunthink..klunthink..klunthink..klunthink..” alarm tiba-tiba berdering...ternyata sudah pagi... hehehe.

Sabtu, 16 Mei 2009

LAKONA LAKONE KENNENGA KENNENGE


Saya selalu berpikir kenapa manusia bisa menjadi benar-benar lupa hanya karena ingin memenuhi nafsunya. Kita sudah diberi kadar rejeki masing-masing yang berbeda baik berupa jodoh, pekerjaan, penghasilan, jabatan, dan lain sebagainya. Semua sudah ditentukan sesuai dengan kadar masing-masing. Tetapi kemudian manusia mulai membanding-bandingkan perbedaan, mulai bisa merasakan enak dan tidak enak, kurang dan lebih, sehingga nafsu mulai melirik hal lain yang tidak dimiliki dan bukan menjadi miliknya sendiri.

Akhirnya manusia menjadi serakah, setiap kewajiban pada akhirnya berubah menjadi hak yang dengan semena-mena bisa ditentukannya sendiri. Hak orang lain yang tidak semestinya dimiliki dengan mudahnya dirampas dan dimiliki sendiri. Bahkan, sampai manusia melupakan haknya sendiri yang sebenarnya sudah dimiliki jauh-jauh hari. Saya coba menjawab pertanyaan saya sendiri, ternyata karena manusia tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.

Dalam konteks ini Saya juga manusia, karena itu saya juga merasakannya. Merasakan keadaan ketika nafsu mulai mengendalikan pikiran sehat, keadaan ketika apa yang telah dimiliki kadang tidak begitu berarti karena Saya kurang menyukuri.

Sekarang Saya mulai mengerti, kunci untuk sukses dan tenang menjalani hidup adalah bersyukur dan berjiwa besar menghadapi segala kekurangan. Selain itu juga ikhlas pada apa yang tidak kita miliki. Cukup mengerjakan apa yang telah menjadi pekerjaan kita dan menempati tempat kita sendiri, tak perlu mengambil pekerjaan orang lain, tak perlu menempati tempat orang lain. Seperti orang Madura katakan, “Lakona lakone, kennenga kennenge.”

SIAPAPUN PEMIMPINNYA PASTI MENGUSAHAKAN YANG TERBAIK TETAPI SIAPA WAKIL RAKYATNYA, PERLU DIPIKIRKAN BAIK-BAIK!


Menurut Saya, tidak ada di dunia ini seorang pemimpin yang memiliki niat buruk bagi bangsanya sendiri. Tidak ada seorang pemimpin yang ketika sudah berada di tampuk pimpinan kemudian hanya berpikir untuk kepentingannya sendiri, keuntungannya sendiri. Seperti seorang Presiden, dalam menjalankan tugasnya tidak punya waktu memikirkan kepentingannya sendiri.

Perbedaan visi dan misi yang diusung para calon presiden juga sebenarnya hanya pertimbangan bagi kita. Pada dasarnya semua visi dan misi yang diusung sifatnya baik untuk kemajuan bangsa dan negara. Hanya saja, memang tidak ada yang namanya kesempurnaan, salah satunya akan maju dalam bidang pendidikan, tetapi lemah dalam perekonomian. Bisa juga kuat dalam kesejahteraan buruh dan rakyat kecil tetapi pendidikan lemah. Itu semua sudah sewajarnya, karena itu semua adalah pilihan. Tidak mungkin kita menuntut untuk kuat di segala bidang karena bangsa dan negara kita penuh dengan keterbatasan. Yang bisa menguatkan masing-masing bidang itu adalah mereka dalam bidangnya sendiri-sendiri, termasuk kita di dalamnya. Jika ingin kuat dalam bidang perekonomian maka tugas para ahli perekonomian, para pedagang, serta rakyat yang bekerja dalam bidang perekonomian. Kuat dalam pendidikan maka tugas seorang pendidik maupun yang dididik untuk menguatkannya. Tidak mungkin kita menuntut buruh untuk memajukan pendidikan di negara kita.

Permasalahan sebenarnya adalah bagaimana kita akan menyampaikan aspirasi. Seharusnya melalui wakil rakyat, tetapi melihat wakil rakyat saat ini, proses pembentukan parlemen saat ini, Saya jadi pesimis aspirasi rakyat tersampaikan. Memang benar janji dalam kampanye aspirasi rakyat akan selalu diperjuangkan, tapi sekarang ini negara kita sudah merdeka bung!, kenapa masih harus diperjuangkan? Yang benar adalah diwujudkan... ini sudah zaman pembangunan, bukan zaman perjuangan lagi....!! wujudkan aspirasi rakyat...!!

Kedaulatan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bukan wakil rakyat!! (Hmmmhhhh...Saya jadi emosi!!)

Sabtu, 28 Maret 2009

Kali pertama dalam hidup....

Menjadi Pembina Upacara

 

Tak ada firasat sebelumnya, Saya hanya berangkat ke sekolah tempat Saya mengajar sepagi-paginya seperti biasa, sebelum akhirnya ditunjuk oleh Kepala Sekolah untuk menjadi Pembina Upacara hari itu.

Mengingat ini yang pertama dalam hidup, harusnya penuh persiapan... tapi tidak ada waktu... Saya naik saja ke podium, menggeser microphone sedikit menjauhi dada agar bunyi detak jantung tak terdengar melalui pengeras suara.

Saya tidak tahu apa yang Saya sampaikan pada bagian amanat pembina upacara... setahu Saya, sebagai pembuka Saya mengutip judul album salah satu grup band, “Hari yang cerah untuk jiwa yang sepi”...

Begitulah... Saya melewati pengalaman pertama dalam hidup

Sebagai pembina upacara.. 23 Februari 2009

Rabu, 14 Januari 2009

Farah Quinnn




Farah quinn... Ala chef di Trans TV




Acara memasak yang baru, yang mampu menarik perhatian biar sejenak.


memasak dari bahan-bahan yang natural, tradisional, dan selalu terinspirasi dari keadaan yang benar-benar ada di Indonesia... mencicipi yang sudah ada, kemudian memasak yang baru... rasa baru... benar-benar yummmyy....

Selasa, 06 Januari 2009

Demo Mahasiswa


Bosan aku dibuatnya!!!


Sudahlah, jangan jadikan demonstrasi sebagai pelarian dari kuliah kita yang tidak beres! Percuma tak berguna kita teriak-teriak di pinggir jalan, toh mereka yang duduk di atas telah tebal teling. Tidak jarang beberapa di antara mereka juga berasal dari kita-kita, yang selalu mengunjukrasakan hak tetapi melupakan kewajiban.

Di negara ini sudah terlalu banyak pembicara, negara ini juga tidak butuh generasi yang pandai bicara, sudah terlalu banyak. Seharusnya kita yang berpendidikan tahu, bahwa negara ini membutuhkan generasi pemikir dan pekerja...


Pendidikan mahal, mengapa kita menyia-nyiakan dengan turun ke jalan, membuat macet jalan, menghambat transportasi, perekonomian juga tersendat karena mahasiswa turun ke jalan. Mengapa juga kita menyia-nyiakan dengan mengumbar emosi dan merusak gedung-gedung pemerintahan. Toh semakin banyak gedung pemerintahan yang rusak maka akan semakin banyak dana APBN yang dialihkan untuk keperluan renovasi gedung-gedung pemerintahan. Makin menipis saja dana APBN yang dialokasikan untuk pendidikan.

Menjadi pintar itu mahal, perlu biaya, tidak gratis. Tetapi bukan berarti orang miskin tidak bisa pintar. Orang jadi miskin karena tidak berpendidikan, susah cari kerjaan, akhirnya tidak berpenghasilan. Kalau ingin kaya ya... usaha, berpikir kreatif, bagaimana caranya menghasilkan uang halal... bukan mengeluh dan menyalahkan keadaan... itu namanya pecundang...!!


Sekarang, mari kita belajar, menjadikan diri kita pintar, dan ubah sistem negara kita yang makin awut-awutan... dengan kepintaran, dengan rasa kemanusiaan, dengan kejujuran...

Hidup mahasiswa...!!

TAHUN BARU ITU

oleh : r.a.hartyanto

Tahun Baru itu ramai...
Tahun baru itu macet...
Tahun baru itu knalpot...
Tahun baru itu asap...
Tahun baru itu mata perih...
Tahun baru itu orang-orang hilir mudik menyaksikan kembang api dor...dor...dor...